Kamis, 07 Juni 2012

[FANFICTION] We Met because of Fate (Part 4)


Main Cast:
- Hoon 'U-KISS'
- Lenny 'C-REAL'

*** 

            “Ya, Oppa, aku akan ke Chaekjin Library untuk mencari referensi makalahku. Hari ini free day-ku kan?” kata Lenny pada Jungwoon, manager-nya, melalui Samsung-nya. Wajahnya cemberut mendengarkan suara sang manager di seberang sana. Bisakah dia tidak menggangguku dengan teleponnya setiap aku mendapat free day-ku?! rutuknya sebal di dalam hati. “Iya, Oppa. Tahulah! Tutup dulu.”
            Klik!
            Lenny memasukkan Samsung-nya ke dalam saku blazer dan siap-siap menyeberang jalan. Lampu lalu lintas sedang menyala merah. Tempat tujuannya sudah di depan mata. Lenny melirik Gucci-nya. Jam dua siang. Seharusnya aku pulang dulu untuk ganti baju. Seragamku terasa panas sekali di siang yang terik seperti ini, batinnya. Dia pun membuka blazer-nya dan dimasukkannya ke dalam tas.
            Perpustakaan nasional itu cukup ramai pengunjung. Gadis itu langsung berjalan menuju rak yang menyediakan buku-buku tentang musik setelah mengisi buku tamu terlebih dahulu. Sebenarnya dia agak malas untuk mengerjakan makalahnya. Hanya saja dia tidak mempunyai waktu senggang seperti ini untuk bisa mencari referensi makalahnya.
            Setelah mendapatkan buku-buku yang diperlukan, Lenny segera menuju ke tempat peminjaman buku. Di sana buku-buku itu akan dicatat terlebih dahulu sebelum dibawanya pulang.
            Brak!
            Saking tergesanya, Lenny tidak memperhatikan langkahnya sehingga dia menabrak seseorang. Buku-buku yang dipegangnya jatuh ke lantai. Lenny, kau ceroboh sekali! omelnya pada dirinya sendiri sambil memunguti buku-bukunya.
            “Kau tidak apa-apa?” tanya orang yang telah ditabraknya sambil memberikan buku-buku yang jatuh pada Lenny.
            “Ya, aku baik-baik saja. maafkan aku…” jawab Lenny sambil takut-takut menatap orang itu. Suaranya terdengar gemetar saat mengatakan itu.
            “Tidak masalah,” jawab orang itu sambil tersenyum kecil.
            Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Lenny bergegas meninggalkan orang yang ditabraknya itu dengan wajah menunduk malu.

***

            Apa yang sedang kulakukan di sini? batin Hoon bertanya-tanya setelah memasuki Chaekjin Library. Kau bahkan tidak suka membaca buku, Yeo Hoon Min! Kenapa kau bisa berada di tempat ini?!
            Akhirnya, Hoon memutuskan untuk berjalan. Tanpa tahu hendak kemana, dia terus berjalan di dalam perpustakaan itu sambil matanya jelalatan memperhatikan keadaan bangunan. Aku carikan buku bacaan untuk Kiseop Hyung saja!
            Brak!
            Sial! umpatnya setelah dirinya ditabrak seorang gadis. Buku-buku yang dibawa gadis itu jatuh berserakan di lantai. Sambil mengusap-usap dada kirinya yang terasa nyeri, Hoon membantu si gadis memunguti buku-bukunya. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya sambil menyerahkan buku-buku yang telah dipungutinya pada si gadis.
            “Ya, aku baik-baik saja. maafkan aku…” jawab si gadis sambil takut-takut menatapnya. Suaranya terdengar gemetar saat mengatakan itu.
            Diam-diam, Hoon tersenyum kecil melihat sikap gadis itu. Apa wajahku menyeramkan saat ini? “Tidak masalah,” jawabnya kemudian.
            Tanpa mengatakan apa-apa lagi, si gadis segera meninggalkan Hoon. Sementara Hoon terus memandangi gadis itu. Hei, apa yang kau lakukan, Min! tegur batinnya, lalu kembali meneruskan jalannya. Kali ini dia menemukan rak yang berisi buku-buku fiksi ilmiah favorit Kiseop. Hyung, kau pasti senang!

***

            Sekeluarnya dari Chaekjin Library, Lenny meneruskan langkahnya menuju Keke Mini Market. Hari ini jadwalnya untuk belanja bahan makanan untuk dua hari yang akan datang. Oya, persediaan sabun cair dan parfumku juga sudah habis! ingatnya. Sekalian saja kubeli di sini.
            Beda dengan empat kawannya, Lenny tidak perlu waktu lama untuk berbelanja. Setengah jam kemudian, gadis itu sudah melangkah keluar mini market. Tiba-tiba, Samsung-nya kembali menyanyikan lagu debutnya bersama empat kawannya yang berjudul No No No No No. buru-buru diambilnya dari saku blazer-nya yang berada di dalam tas. Chemi Eonnie. Ada apa dia meneleponku? batinnya bertanya-tanya.
            “Kau dimana, Lenny?” tanya Chemi setelah Lenny menekan tombol answer.
            “Baru selesai belanja bahan makanan, Eonnie,” jawab Lenny sambil menutup tasnya dengan satu tangan. Sementara tangan yang lainnya, yang juga memegang plastik belanjaan, menahan Samsung-nya di telinganya.
            Tanpa disadarinya, dompetnya keluar dari tasnya dan jatuh.
            Lenny terus saja berjalan menjauhi Keke Mini Market sambil berbicara dengan Chemi melalui Samsung-nya. Sama sekali tidak mengetahui kalau dompetnya terjatuh.

***

            “Baik sekali kau mau menemaniku berbelanja, Hoon!” seru AJ pada Hoon saat keduanya turun dari bus.
            Hoon tertawa kecil mendengarnya. “Bukannya aku selalu baik pada siapa saja?” candanya, membuat AJ tertawa geli. “Lampunya sudah merah! Ayo!” seru Hoon sambil menarik tangan AJ untuk menyeberang jalan.
            “Hei, aku kan bisa menyeberang sendiri! Seperti anak kecil saja!’’ gerutu AJ sambil mengibaskan tangannya dari pegangan Hoon saat keduanya sudah berada di seberang jalan.
            “Kau memang masih kecil!”
            “Tahun ini umurku dua puluh satu tahun! Apa itu masih dianggap sebagai anak kecil?!”
            “Hem… bisa jadi. Di mataku, kau tidak pernah terlihat dewasa, Jaeseop Hyung!”
            “Tidak masuk akal! Kalau begitu, kau juga anak kecil! Umurmu kan lebih muda beberapa bulan dariku.”
            “Ya, aku kan lebih muda darimu, jadi aku masih pantas dibilang anak kecil olehmu. Lagipula, aku kan masih imut!”
            Mendengar itu, AJ langsung saja memukul bahu Hoon sambil tertawa kecil. “Capek ya berdebat dengan orang sepertimu!” akunya.
            “Memang…”
            “Sudah, jangan kau teruskan lagi!” potong AJ setelah mereka sampai di muka Keke Mini Market. “Kita sudah sampai!”
            Hoon memandangi tempat itu. Tampak ramai di dalamnya, terlihat dari kaca besar mini market. Tiba-tiba, saat matanya memandang ke arah jalan di depannya, dia melihat sebuah dompet wanita tergeletak. Tanpa tahu apa yang hendak dia lakukan, dia mengambil dompet itu.
            “Dompet siapa?” tanya AJ padanya.
            “Tidak tahu,” jawab Hoon sambil memperhatikan dompet itu. “Kalau kita cari tahu identitas pemilik dompet ini dengan membukanya, dosakah?” tanyanya pada AJ dengan wajah polos.
            “Tentu saja, tidak!” jawab AJ sambil menahan tawa. Wajahnya lucu sekali! “Memangnya kau berniat mengembalikannya?”
            Hoon terdiam. “Kalau alamatnya kuketahui, pasti aku akan mengembalikannya langsung pada si pemilik dompet ini. Kalau tidak, aku berikan pada polisi saja. Bagaimana menurutmu, Hyung?”
            “Bagus juga. Ya sudah, kita belanja dulu!”
            Hoon hanya mengangguk kecil. Dia memasukkan dompet itu dalam saku jaketnya setelah dipandangnya sebentar.

***

            Ini sudah ketiga kalinya Lenny mengobrak-abrik tasnya, namun benda yang dicari tak ditemukannya. Dompetku kemana?! Seingatku, kutaruh disini setelah membayar belanjaanku! Dompetku dimana?! batinnya cemas tanpa berhenti mengacak-acak tasnya.
            Saat ini dia sedang berada di bus untuk pulang menuju apartment-nya. Dia sangat membutuhkan dompet itu karena uangnya ada di sana. Putus asa sudah dia dengan tasnya, kini dia mencari-cari di saku blazer-nya. Tidak ada. Tapi, ternyata dia menyimpan uang di sana. Lenny menghela napas lega. Setidaknya cukup untuk pulang, batinnya. Tapi, dompetku…?!
            Lenny mengalihkan pandangannya keluar jendela. Matanya terasa panas dan dia bisa merasakan air matanya sudah berkumpul di sana dan akan keluar sebentar lagi. Namun, ditahannya sekuat tenaga untuk tidak menangis.
            Uang di dalamnya tidak terlalu banyak. Dia masih punya uang yang dia simpan di lemari dan di bank. Tapi, itu kan dompet pemberian Eomma6! Dompet itu warisan nenekku. Warisan eomma-nya nenekku. Warisan eomma-nya eomma nenekku. Pokonya itu warisan turun temurun. Ada kartu tanda pelajar Sanji High School, tempatnya bersekolah, kartu anggota Chaekjin Library, kartu ATM, dan kartu-kartu lainnya. Apa yang harus kulakukan?!

***

            Kini, Hoon dan AJ sedang berada di dalam bus. Keduanya selesai berbelanja. Dan sekarang mereka akan menuju tempat si pemilik dompet yang mereka temukan.
            “Kau yakin tahu alamatnya?” tanya AJ pada Hoon dengan suara menyangsikan.
            “Kurasa,” jawab Hoon. Ada keraguan di dalam suaranya. Kembali dia membuka dompet itu dan dibacanya sebuah kartu tanda pelajar. “Byeol Street. Kurasa, dia tinggal di Apartment Starway, Hyung.”
            “Tahu dari mana?”
            “Karena yang berada di jalan itu hanya Apertment Starway saja. Apartment itu kan berada di pinggir jalan dan jauh dari perumahan penduduk.”
            AJ terdiam. Ditatap Hoon yang masih menatap kartu yang berada di dalam dompet itu. “Semoga saja kau benar,” harapnya. “Aku tidak ingin kita tersesat dan kemalaman sampai dorm.”
            Hoon tertawa pelan. Diambil kartu tanda pelajar itu dari dompet. Dibacanya lagi alamat si pemilik dompet itu di dalam hati. Dia membalikkan kartu itu. Saat itu dia terperanjat kaget mengetahui foto gadis yang terpampang di sana.
            “Gadis yang manis ya!” seru AJ yang ternyata juga melihat foto itu.
            Hoon sedikit tersentak mendengar seruan AJ yang pelan itu. Dia hanya tertawa kikuk menanggapinya. Ini kan… gadis yang di perpustakaan?!

***

            Sesampainya di dorm, Lenny meluapkan tangisnya di depan eonnie-eonnie-nya. Tentu saja empat kawannya itu bingung dibuatnya. Apa yang terjadi pada Lenny?
            “Kau kenapa, Lenny?” tanya Effie sambil memegang bahu Lenny yang sudah duduk di sofa setelah sebelumnya menaruh belanjaannya di meja dapur.
            Lenny tidak menjawab. Gadis itu terus saja menangis.
            “Ada yang menjahatimu?” tanya Ann J yan sudah duduk di sebelah kanan Lenny.
            Lenny hanya menggeleng sambil mengisak.
            “Kau dijambret?” tebak Chemi yang mau tidak mau jadi teringat insiden yang menimpanya beberapa minggu yang lalu.
            Lenny kembali menggeleng. Masih mengisak.
            “Terus kenapa? Ceritakanlah!” bujuk Redee sambil mengulurkan kotak tissue pada Lenny yang langsung diambil gadis itu.
            Kini Lenny sibuk mengelap air mata dan membersit hidungnya. Tangisnya sudah reda. Tapi, wajahnya masih mendung sekali. Matanya pun siap untuk banjir kembali. “Eonnie…” ucapnya pelan dan lirih. “Dompetku hilang…” ucapnya, lalu kembali menangis.
            Empat gadis itu saling pandang, lalu kembali menatap maknae7 itu dengan tatapan duka. Keempatnya menghela napas.
            “Sabar saja, Lenny!” seru Ann J sambil mengelus punggung Lenny, mencoba menenangkannya.
            “Jadikan pelajaran. Ambil hikmahnya. Jangan terlalu kau tangisi!” kali ini Redee yang menghibur.
            “Kalau itu masih rezekimu, dompet itu pasti akan kembali padamu! Percayalah!” ganti Effie.
            “Tapi, kalau memang tidak ditemukan… kau kan masih bisa beli dompet yang baru. Yang lebih bagus dari itu.”
            Eonnie!”
            Chemi hanya tersenyum kecil. Hanya itu yang ada di pikirannya untuk bisa menenangkan Lenny. Ucapanku salah ya?
            “Tapi, itu kan warisan dari Eomma-ku! Warisan eomma-nya Eomma-ku. Warisan eomma-nya eomma Eomma-ku. Warisan…”
            “Hentikan, Lenny! Kau membuatku pusing mendengarnya,” potong Redee cepat. “Aku tahu kalau dompet itu sangat berharga bagimu. Tapi, lebih baik kau ikhlaskan saja. Toh sudah tidak ada lagi kan? Yang perlu kau lakukan sekarang hanya berdoa. Minta pada Tuhan untuk mengembalikannya padamu jika itu masih rezeki. Atau minta untuk mendapatkan yang baru. Yang lebih baik dari itu.”
            “Ya, aku setuju dengan Redee,” kata Effie.
            “Aku juga,” timpal Ann J.
            “Kalimat terakhir itu kan punyaku! Kenapa tidak diprotes?!” protes Chemi.
            Redee, Effie, dan Ann J tertawa kecil.
            “Cara penyampaian Eonnie tadi kurang berempati!” seru Ann J yang dimanyuni Chemi.
            Lenny tertawa kecil mendengar percakapan eonnie-eonnie-nya itu. Hatinya kini terasa sedikit lapang setelah mendapatkan perhatian mereka. Bersyukur sekali dia bisa mendapatkan teman-teman yang sayang padanya. “Makasih, eonnie-eonnie-ku! Kalian baiiik sekali!” ucapnya sambil mencoba memeluk empat temannya itu dengan kedua tangannya.
            “Kau juga dongsaeng yang manis, Lenny!” seru Effie dalam pelukan Lenny.
            “Lebih manis lagi kalau kau tidak bertindak ceroboh!” tambah Ann J yang ditertawakan yang lainnya.

***

            Feeling-mu ternyata tepat, Hoon! Keren juga!” seru AJ pada Hoon saat keduanya sedang berada dalam lift yang menuju ke lantai 11 di Apartment Starway.
            Hoon hanya tersenyum kecil. Dia pun tidak terlalu yakin akan perjalanan mereka menuju tempat ini. Dan saat bertanya pada front office apartment dan ternyata pemilik dompet itu benar tinggal di sana, Hoon menghela napas lega. Setidaknya mereka tidak sia-sia menuju ke tempat itu.
            Mendadak jantung Hoon berdegup kencang. Ada apa denganku?
            “Tampangmu tegang begitu. Nervous bertemu dengan gadis pemilik dompet itu?” goda AJ yang memperhatikan perubahan sikap Hoon.
            “Tidak!” elak Hoon cepat. Tidak salah lagi, Hyung!
            “Kita sampai!” seru AJ begitu pintu lift terbuka di lantai 11.
            Keduanya segera mencari dorm yang tadi diberitahukan front office.
            “Hoon, di sebelah sini!” kata AJ sambil menunjukkan sebuah pintu bernomor 219. “Tunggu apa lagi? Cepat tekan bell-nya!”

***

            Ting… tong…
            “Siapa yang berkunjung malam-malam begini?” tanya Effie yang sedang asik menonton drama di televisi.
            “Mungkin Jungwoon Oppa. Siapa lagi?” reka Redee.
            “Mau apa dia ke sini?! Tak bosankah dia bertemu kita di tempat latihan tadi sore?” tanya Ann J yang digelengi Redee.
            “Lebih baik aku cek saja dulu,” kata Chemi, lantas berjalan menuju pintu dan membukanya. Dua orang lelaki berdiri di hadapannya. “Siapa kalian?” tanyanya to the point.
            AJ menyikut lengan Hoon, memberi isyarat supaya Hoon saja yang berbicara.
            Hoon menghela napas kesal. Seharusnya kau tidak usah ikut denganku! Menyusahkan saja! gerutunya di dalam hati. Dia menatap Chemi sambil tersenyum kecil. “Apa Lee Yoo Jin tinggal di sini?” tanyanya kemudian.
            Chemi terdiam sambil menatap menyelidiki pada dua lelaki itu. “Ada perlu apa memangnya?” Chemi balik tanya.
            “Kami menemukan dompetnya yang jatuh di jalanan Keke Mini Market. Ini dompetnya!” kata Hoon sambil menyerahkan dompet yang ditemukannya pada Chemi.
            Mata Chemi terbelalak menatap dompet itu. Bukannya mengambilnya, gadis itu malah masuk ke dalam, mencari Lenny. “Lenny…!!! Dompetmu sudah ketemu!!!” serunya gembira.
            Ann J, Redee, dan Effie mengucapkan syukur bergantian. Sementara Lenny tampak tidak percaya dengan apa yang sudah didengarnya.
            “Benarkah, Eonnie?” tanyanya pada Chemi.
            Chemi mengangguk mantap. “Ayo, ikut aku!” Akhirnya, mereka kembali ke tempat dua lelaki itu menunggu. “Mereka yang menemukan dompetmu!” serunya sambil menunjukkan dua lelaki itu.
            Lenny tersenyum pada AJ dan senyumnya langsung lenyap saat menatap Hoon. Dia?! Yang kutabrak di perpustakaankah?!

***

            Setelah berkenalan sebentar dengan penghuni dorm 219 lainnya, Hoon dan AJ pamit. Lenny, Effie dan Redee mengantarkan kedua lelaki itu sampai gerbang masuk Apartment Starway.
            “Aku tidak menyangka bahwa kau yang menemukan dompetku. Sungguh, kau sangat baik! Terima kasih…” ucap Lenny dengan wajah menunduk karena malu pada Hoon.
            “Jangan sungkan! Dan jangan memujiku seperti itu. Nanti aku bisa terbang dan tidak akan mendarat lagi ke bumi,” canda Hoon.
            “Tenang saja! Akan kupegang tanganmu erat-erat supaya kau tidak terbang!” balas Lenny. Keduanya tertawa bersama. Mereka berjalan agak jauh dari Effie, Redee, dan AJ yang berada di depan mereka.
            “Hei, kalian berdua! Cepatlah! Bus-nya sudah tiba,” teriak Effie pada keduanya setelah mereka bertiga lebih dulu sampai di gerbang masuk. Halte bus tepat berada di seberang apartment itu. Dan memang benar ada bus yang sedang berhenti menunggu penumpang.
            Lenny dan Hoon berlari-lari kecil, menyusuli ketertinggalan mereka.
            “Sampai jumpa!” pamit AJ mewakili Hoon pada ketiga gadis itu.
            “Ya. Semoga kita bisa bertemu lagi…” harap Hoon, lebih ditujukan pada Lenny karena matanya terus menatap gadis itu.
            “Ya, semoga saja!” Redee yang menjawab karena Lenny tak kunjung bersuara. Diam-diam, dia tersenyum melihat sikap keduanya. “Lebih baik kalian cepat pergi!”
            “Iya. Bus itu tidak akan menunggu lebih lama lagi!” kata Effie yang langsung diangguki AJ dan Hoon.
            Kedua lelaki itu segera menyeberang jalan.
            “Sampai jumpa…!” teriak Lenny tiba-tiba saat bus yang ditumpangi AJ dan Hoon mulai menjauh. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil.
            Tanpa diketahuinya, Hoon menatap gadis itu dari bangku belakang sampai sosok gadis itu tidak dapat dilihatnya lagi.
            “Coba kutebak! Kau menyukainya kan?” goda AJ yang ditertawai pelan oleh Hoon. “Mungkin tebakanku benar! Hhh… kurasa orang-orang di dorm kita akan marah besar dengan ketelatan kita. Lihat, sudah jam sembilan malam!” seru AJ sambil menunjukkan Levi’s-nya pada Hoon.
            “Ya, mereka pasti akan marah sekali!” seru Hoon dengan wajah cerah.
            Sisa malam itu, Hoon lebih sering tersenyum dari biasanya.
***
-THE END-
05.03.2012

Note:
this is my first fanfiction. if u like it, please comment. if u want to re-post it, please have my permission first and take it with full credit. this is mine!!! enjoy reading!! ^__^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar