Main Cast:
- Hoon 'U-KISS'
- Lenny 'C-REAL'
***
“Ya, Oppa, aku akan ke Chaekjin Library untuk mencari referensi
makalahku. Hari ini free day-ku kan?”
kata Lenny pada Jungwoon, manager-nya,
melalui Samsung-nya. Wajahnya cemberut mendengarkan suara sang manager di seberang sana. Bisakah dia
tidak menggangguku dengan teleponnya setiap aku mendapat free day-ku?! rutuknya
sebal di dalam hati. “Iya, Oppa.
Tahulah! Tutup dulu.”
Klik!
Lenny memasukkan Samsung-nya ke
dalam saku blazer dan siap-siap
menyeberang jalan. Lampu lalu lintas sedang menyala merah. Tempat tujuannya
sudah di depan mata. Lenny melirik Gucci-nya. Jam dua siang. Seharusnya aku
pulang dulu untuk ganti baju. Seragamku terasa panas sekali di siang yang terik
seperti ini, batinnya. Dia pun membuka blazer-nya
dan dimasukkannya ke dalam tas.
Perpustakaan nasional itu cukup
ramai pengunjung. Gadis itu langsung berjalan menuju rak yang menyediakan
buku-buku tentang musik setelah mengisi buku tamu terlebih dahulu. Sebenarnya
dia agak malas untuk mengerjakan makalahnya. Hanya saja dia tidak mempunyai
waktu senggang seperti ini untuk bisa mencari referensi makalahnya.
Setelah mendapatkan buku-buku yang
diperlukan, Lenny segera menuju ke tempat peminjaman buku. Di sana buku-buku
itu akan dicatat terlebih dahulu sebelum dibawanya pulang.
Brak!
Saking tergesanya, Lenny tidak
memperhatikan langkahnya sehingga dia menabrak seseorang. Buku-buku yang
dipegangnya jatuh ke lantai. Lenny, kau ceroboh sekali! omelnya pada dirinya
sendiri sambil memunguti buku-bukunya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya orang yang
telah ditabraknya sambil memberikan buku-buku yang jatuh pada Lenny.
“Ya, aku baik-baik saja. maafkan
aku…” jawab Lenny sambil takut-takut menatap orang itu. Suaranya terdengar
gemetar saat mengatakan itu.
“Tidak masalah,” jawab orang itu
sambil tersenyum kecil.
Merasa tidak ada yang perlu
dibicarakan lagi, Lenny bergegas meninggalkan orang yang ditabraknya itu dengan
wajah menunduk malu.
***
Apa yang sedang kulakukan di sini? batin Hoon bertanya-tanya setelah
memasuki Chaekjin Library. Kau bahkan tidak suka membaca buku, Yeo Hoon Min!
Kenapa kau bisa berada di tempat ini?!
Akhirnya, Hoon memutuskan untuk
berjalan. Tanpa tahu hendak kemana, dia terus berjalan di dalam perpustakaan
itu sambil matanya jelalatan memperhatikan keadaan bangunan. Aku carikan buku
bacaan untuk Kiseop Hyung saja!
Brak!
Sial! umpatnya setelah dirinya ditabrak
seorang gadis. Buku-buku yang dibawa gadis itu jatuh berserakan di lantai.
Sambil mengusap-usap dada kirinya yang terasa nyeri, Hoon membantu si gadis
memunguti buku-bukunya. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya sambil menyerahkan
buku-buku yang telah dipungutinya pada si gadis.
“Ya, aku baik-baik saja. maafkan
aku…” jawab si gadis sambil takut-takut menatapnya. Suaranya terdengar gemetar
saat mengatakan itu.
Diam-diam, Hoon tersenyum kecil
melihat sikap gadis itu. Apa wajahku menyeramkan saat ini? “Tidak masalah,”
jawabnya kemudian.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, si
gadis segera meninggalkan Hoon. Sementara Hoon terus memandangi gadis itu. Hei,
apa yang kau lakukan, Min! tegur batinnya, lalu kembali meneruskan jalannya.
Kali ini dia menemukan rak yang berisi buku-buku fiksi ilmiah favorit Kiseop. Hyung, kau pasti senang!
***
Sekeluarnya dari Chaekjin Library,
Lenny meneruskan langkahnya menuju Keke Mini Market. Hari ini jadwalnya untuk
belanja bahan makanan untuk dua hari yang akan datang. Oya, persediaan sabun
cair dan parfumku juga sudah habis! ingatnya. Sekalian saja kubeli di
sini.
Beda dengan empat kawannya, Lenny
tidak perlu waktu lama untuk berbelanja. Setengah jam kemudian, gadis itu sudah
melangkah keluar mini market. Tiba-tiba, Samsung-nya kembali menyanyikan lagu
debutnya bersama empat kawannya yang berjudul No No No No No. buru-buru
diambilnya dari saku blazer-nya yang
berada di dalam tas. Chemi Eonnie. Ada apa dia meneleponku? batinnya bertanya-tanya.
“Kau dimana, Lenny?” tanya Chemi
setelah Lenny menekan tombol answer.
“Baru selesai belanja bahan makanan,
Eonnie,” jawab Lenny sambil menutup
tasnya dengan satu tangan. Sementara tangan yang lainnya, yang juga memegang
plastik belanjaan, menahan Samsung-nya di telinganya.
Tanpa disadarinya, dompetnya keluar
dari tasnya dan jatuh.
Lenny terus saja berjalan menjauhi
Keke Mini Market sambil berbicara dengan Chemi melalui Samsung-nya. Sama sekali
tidak mengetahui kalau dompetnya terjatuh.
***
“Baik sekali kau mau menemaniku
berbelanja, Hoon!” seru AJ pada Hoon saat keduanya turun dari bus.
Hoon tertawa kecil mendengarnya.
“Bukannya aku selalu baik pada siapa saja?” candanya, membuat AJ tertawa geli.
“Lampunya sudah merah! Ayo!” seru Hoon sambil menarik tangan AJ untuk
menyeberang jalan.
“Hei, aku kan bisa menyeberang
sendiri! Seperti anak kecil saja!’’ gerutu AJ sambil mengibaskan tangannya dari
pegangan Hoon saat keduanya sudah berada di seberang jalan.
“Kau memang masih kecil!”
“Tahun ini umurku dua puluh satu
tahun! Apa itu masih dianggap sebagai anak kecil?!”
“Hem… bisa jadi. Di mataku, kau
tidak pernah terlihat dewasa, Jaeseop
Hyung!”
“Tidak masuk akal! Kalau begitu, kau
juga anak kecil! Umurmu kan lebih muda beberapa bulan dariku.”
“Ya, aku kan lebih muda darimu, jadi
aku masih pantas dibilang anak kecil olehmu. Lagipula, aku kan masih imut!”
Mendengar itu, AJ langsung saja
memukul bahu Hoon sambil tertawa kecil. “Capek ya berdebat dengan orang sepertimu!”
akunya.
“Memang…”
“Sudah, jangan kau teruskan lagi!”
potong AJ setelah mereka sampai di muka Keke Mini Market. “Kita sudah sampai!”
Hoon memandangi tempat itu. Tampak
ramai di dalamnya, terlihat dari kaca besar mini market. Tiba-tiba, saat matanya
memandang ke arah jalan di depannya, dia melihat sebuah dompet wanita
tergeletak. Tanpa tahu apa yang hendak dia lakukan, dia mengambil dompet itu.
“Dompet siapa?” tanya AJ padanya.
“Tidak tahu,” jawab Hoon sambil
memperhatikan dompet itu. “Kalau kita cari tahu identitas pemilik dompet ini
dengan membukanya, dosakah?” tanyanya pada AJ dengan wajah polos.
“Tentu saja, tidak!” jawab AJ sambil
menahan tawa. Wajahnya lucu sekali! “Memangnya kau berniat mengembalikannya?”
Hoon terdiam. “Kalau alamatnya kuketahui,
pasti aku akan mengembalikannya langsung pada si pemilik dompet ini. Kalau
tidak, aku berikan pada polisi saja. Bagaimana menurutmu, Hyung?”
“Bagus juga. Ya sudah, kita belanja
dulu!”
Hoon hanya mengangguk kecil. Dia
memasukkan dompet itu dalam saku jaketnya setelah dipandangnya sebentar.
***
Ini sudah ketiga kalinya Lenny
mengobrak-abrik tasnya, namun benda yang dicari tak ditemukannya. Dompetku
kemana?! Seingatku, kutaruh disini setelah membayar belanjaanku! Dompetku
dimana?! batinnya
cemas tanpa berhenti mengacak-acak tasnya.
Saat ini dia sedang berada di bus untuk pulang menuju apartment-nya. Dia sangat membutuhkan
dompet itu karena uangnya ada di sana. Putus asa sudah dia dengan tasnya, kini
dia mencari-cari di saku blazer-nya.
Tidak ada. Tapi, ternyata dia menyimpan uang di sana. Lenny menghela napas
lega. Setidaknya cukup untuk pulang, batinnya. Tapi, dompetku…?!
Lenny mengalihkan pandangannya
keluar jendela. Matanya terasa panas dan dia bisa merasakan air matanya sudah
berkumpul di sana dan akan keluar sebentar lagi. Namun, ditahannya sekuat
tenaga untuk tidak menangis.
Uang di dalamnya tidak terlalu
banyak. Dia masih punya uang yang dia simpan di lemari dan di bank. Tapi, itu
kan dompet pemberian Eomma6!
Dompet itu warisan nenekku. Warisan eomma-nya
nenekku. Warisan eomma-nya eomma nenekku. Pokonya itu warisan turun
temurun. Ada kartu tanda pelajar Sanji High School, tempatnya bersekolah, kartu
anggota Chaekjin Library, kartu ATM, dan kartu-kartu lainnya. Apa yang harus
kulakukan?!
***
Kini, Hoon dan AJ sedang berada di
dalam bus. Keduanya selesai
berbelanja. Dan sekarang mereka akan menuju tempat si pemilik dompet yang
mereka temukan.
“Kau yakin tahu alamatnya?” tanya AJ
pada Hoon dengan suara menyangsikan.
“Kurasa,” jawab Hoon. Ada keraguan
di dalam suaranya. Kembali dia membuka dompet itu dan dibacanya sebuah kartu
tanda pelajar. “Byeol Street. Kurasa, dia tinggal di Apartment Starway, Hyung.”
“Tahu dari mana?”
“Karena yang berada di jalan itu
hanya Apertment Starway saja. Apartment
itu kan berada
di pinggir jalan dan jauh dari perumahan penduduk.”
AJ terdiam. Ditatap Hoon yang masih
menatap kartu yang berada di dalam dompet itu. “Semoga saja kau benar,”
harapnya. “Aku tidak ingin kita tersesat dan kemalaman sampai dorm.”
Hoon tertawa pelan. Diambil kartu
tanda pelajar itu dari dompet. Dibacanya lagi alamat si pemilik dompet itu di
dalam hati. Dia membalikkan kartu itu. Saat itu dia terperanjat kaget
mengetahui foto gadis yang terpampang di sana.
“Gadis yang manis ya!” seru AJ yang
ternyata juga melihat foto itu.
Hoon sedikit tersentak mendengar
seruan AJ yang pelan itu. Dia hanya tertawa kikuk menanggapinya. Ini kan… gadis yang di
perpustakaan?!
***
Sesampainya di dorm, Lenny meluapkan tangisnya di depan eonnie-eonnie-nya. Tentu saja empat kawannya itu bingung dibuatnya.
Apa yang terjadi pada Lenny?
“Kau kenapa, Lenny?” tanya Effie
sambil memegang bahu Lenny yang sudah duduk di sofa setelah sebelumnya menaruh
belanjaannya di meja dapur.
Lenny tidak menjawab. Gadis itu terus
saja menangis.
“Ada yang menjahatimu?” tanya Ann J
yan sudah duduk di sebelah kanan Lenny.
Lenny hanya menggeleng sambil
mengisak.
“Kau dijambret?” tebak Chemi yang
mau tidak mau jadi teringat insiden yang menimpanya beberapa minggu yang lalu.
Lenny kembali menggeleng. Masih
mengisak.
“Terus kenapa? Ceritakanlah!” bujuk
Redee sambil mengulurkan kotak tissue pada Lenny yang langsung diambil gadis
itu.
Kini Lenny sibuk mengelap air mata
dan membersit hidungnya. Tangisnya sudah reda. Tapi, wajahnya masih mendung
sekali. Matanya pun siap untuk banjir kembali. “Eonnie…” ucapnya pelan dan lirih. “Dompetku hilang…” ucapnya, lalu
kembali menangis.
Empat gadis itu saling pandang, lalu
kembali menatap maknae7 itu
dengan tatapan duka. Keempatnya menghela napas.
“Sabar saja, Lenny!” seru Ann J
sambil mengelus punggung Lenny, mencoba menenangkannya.
“Jadikan pelajaran. Ambil hikmahnya.
Jangan terlalu kau tangisi!” kali ini Redee yang menghibur.
“Kalau itu masih rezekimu, dompet
itu pasti akan kembali padamu! Percayalah!” ganti Effie.
“Tapi, kalau memang tidak ditemukan…
kau kan masih bisa beli dompet yang baru. Yang lebih bagus dari itu.”
“Eonnie!”
Chemi hanya tersenyum kecil. Hanya
itu yang ada di pikirannya untuk bisa menenangkan Lenny. Ucapanku salah ya?
“Tapi, itu kan warisan dari Eomma-ku! Warisan eomma-nya Eomma-ku. Warisan eomma-nya eomma Eomma-ku. Warisan…”
“Hentikan, Lenny! Kau membuatku
pusing mendengarnya,” potong Redee cepat. “Aku tahu kalau dompet itu sangat
berharga bagimu. Tapi, lebih baik kau ikhlaskan saja. Toh sudah tidak ada lagi
kan? Yang perlu kau lakukan sekarang hanya berdoa. Minta pada Tuhan untuk
mengembalikannya padamu jika itu masih rezeki. Atau minta untuk mendapatkan
yang baru. Yang lebih baik dari itu.”
“Ya, aku setuju dengan Redee,” kata
Effie.
“Aku juga,” timpal Ann J.
“Kalimat terakhir itu kan punyaku!
Kenapa tidak diprotes?!” protes Chemi.
Redee, Effie, dan Ann J tertawa
kecil.
“Cara penyampaian Eonnie tadi kurang
berempati!” seru Ann J yang dimanyuni Chemi.
Lenny tertawa kecil mendengar
percakapan eonnie-eonnie-nya itu.
Hatinya kini terasa sedikit lapang setelah mendapatkan perhatian mereka.
Bersyukur sekali dia bisa mendapatkan teman-teman yang sayang padanya.
“Makasih, eonnie-eonnie-ku! Kalian
baiiik sekali!” ucapnya sambil mencoba memeluk empat temannya itu dengan kedua
tangannya.
“Kau juga dongsaeng yang manis, Lenny!” seru Effie dalam pelukan Lenny.
“Lebih manis lagi kalau kau tidak
bertindak ceroboh!” tambah Ann J yang ditertawakan yang lainnya.
***
“Feeling-mu
ternyata tepat, Hoon! Keren juga!” seru AJ pada Hoon saat keduanya sedang
berada dalam lift yang menuju ke
lantai 11 di Apartment Starway.
Hoon hanya tersenyum kecil. Dia pun
tidak terlalu yakin akan perjalanan mereka menuju tempat ini. Dan saat bertanya
pada front office apartment dan
ternyata pemilik dompet itu benar tinggal di sana, Hoon menghela napas lega.
Setidaknya mereka tidak sia-sia menuju ke tempat itu.
Mendadak jantung Hoon berdegup
kencang. Ada apa denganku?
“Tampangmu tegang begitu. Nervous bertemu dengan gadis pemilik
dompet itu?” goda AJ yang memperhatikan perubahan sikap Hoon.
“Tidak!” elak Hoon cepat. Tidak
salah lagi, Hyung!
“Kita sampai!” seru AJ begitu pintu lift terbuka di lantai 11.
Keduanya segera mencari dorm yang
tadi diberitahukan front office.
“Hoon, di sebelah sini!” kata AJ
sambil menunjukkan sebuah pintu bernomor 219. “Tunggu apa lagi? Cepat tekan bell-nya!”
***
Ting…
tong…
“Siapa yang berkunjung malam-malam
begini?” tanya Effie yang sedang asik menonton drama di televisi.
“Mungkin Jungwoon Oppa. Siapa lagi?” reka Redee.
“Mau apa dia ke sini?! Tak bosankah
dia bertemu kita di tempat latihan tadi sore?” tanya Ann J yang digelengi
Redee.
“Lebih baik aku cek saja dulu,” kata
Chemi, lantas berjalan menuju pintu dan membukanya. Dua orang lelaki berdiri di
hadapannya. “Siapa kalian?” tanyanya to
the point.
AJ menyikut lengan Hoon, memberi
isyarat supaya Hoon saja yang berbicara.
Hoon menghela napas kesal.
Seharusnya kau tidak usah ikut denganku! Menyusahkan saja! gerutunya di dalam
hati. Dia menatap Chemi sambil tersenyum kecil. “Apa Lee Yoo Jin tinggal di
sini?” tanyanya kemudian.
Chemi terdiam sambil menatap
menyelidiki pada dua lelaki itu. “Ada perlu apa memangnya?” Chemi balik tanya.
“Kami menemukan dompetnya yang jatuh
di jalanan Keke Mini Market. Ini dompetnya!” kata Hoon sambil menyerahkan
dompet yang ditemukannya pada Chemi.
Mata Chemi terbelalak menatap dompet
itu. Bukannya mengambilnya, gadis itu malah masuk ke dalam, mencari Lenny.
“Lenny…!!! Dompetmu sudah ketemu!!!” serunya gembira.
Ann J, Redee, dan Effie mengucapkan
syukur bergantian. Sementara Lenny tampak tidak percaya dengan apa yang sudah
didengarnya.
“Benarkah, Eonnie?” tanyanya pada Chemi.
Chemi mengangguk mantap. “Ayo, ikut
aku!” Akhirnya, mereka kembali ke tempat dua lelaki itu menunggu. “Mereka yang
menemukan dompetmu!” serunya sambil menunjukkan dua lelaki itu.
Lenny tersenyum pada AJ dan
senyumnya langsung lenyap saat menatap Hoon. Dia?! Yang kutabrak di
perpustakaankah?!
***
Setelah berkenalan sebentar dengan
penghuni dorm 219 lainnya, Hoon dan
AJ pamit. Lenny, Effie dan Redee mengantarkan kedua lelaki itu sampai gerbang
masuk Apartment Starway.
“Aku tidak menyangka bahwa kau yang
menemukan dompetku. Sungguh, kau sangat baik! Terima kasih…” ucap Lenny dengan
wajah menunduk karena malu pada Hoon.
“Jangan sungkan! Dan jangan memujiku
seperti itu. Nanti aku bisa terbang dan tidak akan mendarat lagi ke bumi,”
canda Hoon.
“Tenang saja! Akan kupegang tanganmu
erat-erat supaya kau tidak terbang!” balas Lenny. Keduanya tertawa bersama.
Mereka berjalan agak jauh dari Effie, Redee, dan AJ yang berada di depan
mereka.
“Hei, kalian berdua! Cepatlah! Bus-nya sudah tiba,” teriak Effie pada
keduanya setelah mereka bertiga lebih dulu sampai di gerbang masuk. Halte bus tepat berada di seberang apartment itu. Dan memang benar ada bus
yang sedang berhenti menunggu penumpang.
Lenny dan Hoon berlari-lari kecil,
menyusuli ketertinggalan mereka.
“Sampai jumpa!” pamit AJ mewakili
Hoon pada ketiga gadis itu.
“Ya. Semoga kita bisa bertemu lagi…”
harap Hoon, lebih ditujukan pada Lenny karena matanya terus menatap gadis itu.
“Ya, semoga saja!” Redee yang
menjawab karena Lenny tak kunjung bersuara. Diam-diam, dia tersenyum melihat
sikap keduanya. “Lebih baik kalian cepat pergi!”
“Iya. Bus itu tidak akan menunggu lebih lama lagi!” kata Effie yang
langsung diangguki AJ dan Hoon.
Kedua lelaki itu segera menyeberang
jalan.
“Sampai jumpa…!” teriak Lenny
tiba-tiba saat bus yang ditumpangi AJ dan Hoon mulai menjauh. Bibirnya
menyunggingkan senyum kecil.
Tanpa diketahuinya, Hoon menatap
gadis itu dari bangku belakang sampai sosok gadis itu tidak dapat dilihatnya
lagi.
“Coba kutebak! Kau menyukainya kan?”
goda AJ yang ditertawai pelan oleh Hoon. “Mungkin tebakanku benar! Hhh… kurasa
orang-orang di dorm kita akan marah
besar dengan ketelatan kita. Lihat, sudah jam sembilan malam!” seru AJ sambil
menunjukkan Levi’s-nya pada Hoon.
“Ya, mereka pasti akan marah
sekali!” seru Hoon dengan wajah cerah.
Sisa malam itu, Hoon lebih sering
tersenyum dari biasanya.
***
-THE
END-
05.03.2012
Note:
this is my first fanfiction. if u like it, please
comment. if u want to re-post it, please have my permission first and take it
with full credit. this is mine!!! enjoy reading!! ^__^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar